Senja, sekitar pukul 5 sore, 26 Oktober 2010, gunung merapi kembali mengganas. Awalnya memang terjadi guguran lava di puncak gunung dan awan panas pun mengalir mengarah ke selatan, terutama menuju ke Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.
Ratusan ternak dan rumah bersama dengan ratusan hektare lahan petanian hangus termakan awan panas. Sebagian besar warga lebih memutuskan untuk mengungsi beberapa saat setelah terjadi letusan ganas itu.
Mbah Maridjan bersama dengan 30 warga lainnya menolak untuk dievakuasi ketika awan panas mencapai Kinahrejo. Akibatnya mereka tewas dalam pelukan letusan merapi.
Sebelum datangnya letusan ini, lereng selatan dan barat daya telah diserang awan panas pada November 1994 silam. Saat itu awan panas bergerak sejauh 6,5 kilometer dari puncak letusan. Dalam radius itu banyak warga berlarian kocar-kacir menuruni lereng untuk menghindari kejaran awan panas yang bergerak dengan kecepatan mencapai 200 km/jam.
Lebih dari 60 jiwa meninggal ditempat kejadian. Ribuan penduduk segera dievakuasi oleh pemerintah menuju barak-barak pengungsian. Namun, Sang Merapi belum tunduk dan memuntahkan letusan yang lebih dahsyat, yang terjadi pada Jumat dini hari – 5 November 2010.
Warga berlarian menuruni lereng Sang Merapi disertai kejaran awan panas. Warga yang tinggal dalam radius 15 kilometer dari puncak gunung di kecamatan Cangkringan, Sleman, mengaku bahwa sekitar dini hari terdengar gemuruh yang hebat, disusul getaran kecil yang mengguncang wilayah sekitar.
Tidak lebih dari lima menit setelah suara gemuruh dan gempa kecil, sirine tanda bahaya mulai bersahutan. Warga berhamburan keluar rumah, melarikan diri dari kejaran awan panas dalam kegelapan malam. Disertai dengan padamnya listrik, kepanikan semakin mengepung. Awan panas telah mencapai jarak belasan kilometer dalam 30 menit kemudian.
Bersama dengan kejadian itu, ribuan rumah hancur dalam pelukan awan panas. Ribuan orang segera bergerak menuju berbagai tempat evakuasi, salah satunya Stadion Maguwoharjo, sekitar 23 kilometer dari puncak gunung merapi.
Letusan ganas ini juga diiringi gelagar petir yang menyambar di puncak gunung, hingga membuat sekitar 2000 pengungsi berhamburan keluar ditengah serbuan abu pekat dan jaringan telepon yang putus. Semuanya membuat proses evakuasi berjalan sangat rumit. Sementara hujan masih turun dan aliran listrik daerah sleman bagian utara padam.
Merapi Tak Pernah Ingkar Janji, erupsi terjadi. Sosok juru kunci Merapi ikut menjadi saksi betapa ganasnya Merapi kala itu.
“Aku ora ngalahan tur yo ora pengen dikalahke. Nanging mesti tekan janjine, mung nyuwun pangapuro nek ono seng ketabrak, keseret, kenter, kebanjiran lan klelep. Mergo ngalang-ngalangi dalan seng bakal tak liwati” (Pesan Merapi – MMSH) di Museum Sisa Hartaku.
Baca juga : penanggulangan dalam pemulihan pasca bencana gunung merapi